Antitesis JRX atau IDI: Sistem Informasi Sebagai Alat Pencegahan


cover-880x1024.jpg


Artikel ini dibuat bukan karena merasa seorang pakar. Artikel ini berdasarkan keresahan demi keresahan ketika berproses dan belajar. Resah melihat secara langsung, bagaimana istilah Sistem Infomasi gampang diucapkan namun kebanyakan tidak memahaminya. Jika yang kurang memahami adalah di tingkat pengguna, solusinya mudah, berikan edukasi dan pelatihan. Namun jika yang kurang memahami adalah di tingkat pendidik bahkan lembaga pendidikannya? Habis lah sudah. Dulu pernah ada masa dimana masih aktif sebagai dosen. Aktif membimbing dan menguji Tugas Akhir (TA) Mahasiswa. Cukup banyak Mahasiswa yang curhat dan protes: “Pak katanya gak boleh buat TA Sistem Informasi” seru mereka. Kemudian saya kaget dan menanyakan kembali: “Kenapa emangnya gak boleh???”. Mereka serentak menjawab: “Udah banyak yang buat katanya pak”. Astajimmm. Aljabar yang lahir di negeri timur tengah bahkan sebelum abad ke-15 Masehi, apakah ilmu tersebut sudah usang? TIDAKKK! Sampai saat ini bidang ilmu Aljabar terus diteliti dan dikembangkan. Pada saat kita unggah foto di Instagram ada “filter” yang mempercantik foto kita. Bagaimana komputer bisa memproses foto menjadi sempurna sesuai harapan kita? Salah satu bidang ilmu yang berkontribusi adalah Vektor dalam Aljabar Linier. Apalagi bidang ilmu Sistem Informasi. Sebagai genre yang termasuk paling muda dalam pohon ilmu Teknologi Informasi, tentu masih banyak hal yang dapat diteliti dan dikembangkan. Bahkan, boleh dicek seluruh Indonesia berapa banyak kita memiliki Professor dan penggiat bidang ilmu Sistem Informasi? Ini kesempatan untuk kita semua …

Sebenarnya cukup mudah memahami sistem informasi. Kenapa? Sistem informasi hanya tersusun dalam dua kata, sistem dan informasi. Jadi gak perlu kuliah S1 bahkan sampai S2 apalagi S3 yaaa ambil jurusan Sistem Informasi?! Berarti mudah sekali memahami Matematika? Kan hanya berasal dari satu kata. Nahhyoooo. Bagaimana dengan Fisika, Kimia, Akuntansi, Agama, Filsafat????

Pemahaman yang saya maksud dalam artikel ini tentunya tergantung dari kedalaman pemahaman yang diinginkan. Jika hanya ingin memiliki pemahaman secara umum atau dipermukaan saja, JELAS SANGAT MUDAH. Begitu saya sebut kata Metematika, tentu otak kita akan langsung memproses input kata tersebut menjadi output: angka, hitungan, rumus, dan lain sebagainya. Namun jika ingin memahaminya dengan lebih mendalam, tentu butuh waktu dan proses. Bagaimana angka tersebut melambangkan sesuatu? Bagaimana hitungan tersebut untuk menyelesaikan suatu permasalahan? Bagaimana rumus dibuat sesederhana mungkin dengan dasar perhitungan yang tidak sederhana?

Sepertinya belakangan ini mendengar istilah Sistem Informasi, sudah tidak asing bagi kebanyakan orang. Tentunya pernah mendengar PPDB online kan? Itu lhooo Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru untuk calon pelajar SMP dan SMA yang sempat kisruh mulai bulan Juni 2019 kemarin. Tapi mungkin karena tahun ini dalam kondisi Pandemi, tidak terdengar kisruh yaaa. Terima kasih COVID19. Upssssss. Pernah dengar SBMPTN kan? Jika anda sekarang sedang kuliah atau sudah lulus, seharusnya tau Sistem Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Pernah dengar SIM Online, SAMSAT Online, Tokopedia, Bukalapak, , Gojek dll? Nah itu semua adalah sistem maupun aplikasi yang mencakup Sistem Informasi

Apa persamaan dari keseluruhan sistem atau aplikasi tersebut???

"DATA"

Iyaaa adanya pemrosesan data. Di PPDB dan SBMPTN adanya pemrosesan data calon Siswa Baru dan calon Mahasiswa Baru. SIM Online memproses data pengendara kendaraaan bermotor. SAMSAT Online memproses data pajak kendaraan bermotor. Tokopedia, Bukalapak dan sejenisnya adalah suatu market place (semacam mall atau toko daring) yang tentunya memproses data produk dan transaksi jual beli. Gojek memproses data pesanan pelanggan untuk dapat dibantu kebutuhannya oleh driver yang terdaftar di aplikasi. Nah di tingkat yang paling sederhana tujuan dari suatu Sistem Informasi adalah "Memproses Data". Semua sistem maupun aplikasi yang dapat dikategorikan sebagai Sistem Informasi bertanggung jawab untuk memproses data. Data tersebut diproses untuk apa? muncul pertanyaan lagi.

“Sistem Informasi memproses data menjadi informasi”

Nah tahukah anda, “kekuatan atau kualitas dari suatu sistem informasi adalah ditentukan dari kualitas informasi yang dihasilkan”.

Saya ambil beberapa contoh. Ketika anda mendaftar di sistem PPDB maupun SBMPTN, anda akan membutuhkan informasi tentang perkembangan/progress pendaftarannya kan? Ketika anda berbelanja di Tokopedia atau Bukalapak anda pasti ingin tau sampai mana pesanan anda di proses. Ketika anda menggunakan aplikasi Gojek anda akan disajikan informasi sudah sampai dimana driver anda saat ini. Anda membutuhkan informasi yang akurat dan setiap saat dapat diakses dengan mudah. Informasi tersebut adalah kebutuhan pengguna/user. Nah ketika pengguna/user mendapatkan manfaat dari data yang telah diolah menjadi informasi yang berguna, itulah yang disebut Sistem Informasi yang hebat, Sistem Informasi bermanfaat.

Keahlian seorang perancang dan pengembang Sistem Informasi memang sangat terkait dengan kekuatan analisisnya. Analisis tersebut umumnya akan terus berkembang seiring dengan pengalaman dari Analis Sistem Informasi tersebut. Dia harus mampu menganalisa data yang akan di proses. Sistem akan berganti dari sistem konvensional ke sistem yang berbasis Teknologi Informasi (TI). Data yang sebelumnya diproses secara manual, selanjutnya akan diproses oleh komputer. Jika analisisnya tepat, sistem berbasi TI (Sistem Informasi) akan jauh lebih cepat, tepat dan efisien dibandingkan sistem konvensional. Informasi yang disajikanpun akan jauh lebih komprehensif. Informasi akan sangat mudah dihasilkan dan divisualisasikan berdasarkan kebutuhan pengguna/user. Begitulah Sistem Informasi, dapat digunakan sebagai alat yang akan membantu dalam menyelesaikan permasalahan dan sebagai keunggulan kompetitif.

Beberapa hari ini sangat ramai tagar #BebaskanJRXSID dan #SayaBersamaJRX. Nah jika dikaitkan dengan isu terkini yang sangat PANAS tersebut, saya punya jargon: “Sistem Informasi-in dulu biar gak salah paham”.


jrxsid.jpeg


I Gede Ari Astina atau yang akrab disapa Jerinx a.k.a #JRX a.k.a #JRXSID, adalah orang yang paling banyak dibahas saat ini. Saya tidak akan membahas apa yang diperjuangkan dan kasus yang menjeratnya. Informasi itu meluber di dunia maya. Bijak dalam mengkonsumsi informasi yaa, “Saring Sebelum Sharing”. Saya berandai-andai, seandainya suatu konsep Sistem Informasi diwujudkan menjadi alat untuk mencegah polemik ini, kondisi sosial masyarakat mungkin akan jauh lebih kondusif, jauh lebih nyaman, bahagia.

Coba bayangkan ada suatu Sistem Informasi dimana penggunanya dibagi kedalam beberapa peran:

  1. PEMERINTAH: mengelola data terkait masyarakat probable atau suspect #COVID19 (ODP,OTG, PDP), data pasien sembuh dan data meninggal, dampak ekonomi, dll
  2. SJW / LSM / ORMAS: mengelola data klarifikasi lapangan terkait ketidak sesuaian data dari pemerintah
  3. MASYARAKAT UMUM: menyampaikan data laporan tentang ketidak sesuaian prosedur atau prosedur yang menyulitkan
  4. MEDIA: mengakses dan mengunduh informasi
  5. TIM AD HOC: tim independen anonim yang bertugas untuk memvalidasi setiap data yang masuk

Lhoooo #IDI (Ikatan Dokter Indonesia) bagaimana? Kok tidak ada hak akses? Tidak ada peran di Sistem Informasi tersebut? Menurut pendapat saya, IDI tidak perlu akses khusus. Biarkan IDI menjalankan tugas, pokok dan fungsinya sebagai organisasi yang menaungi Para Malaikat Penyembuh, TIDAK KURANG apalagi LEBIH.

Selanjutnya Sistem Informasi tersebut berfungsi dan berproses secara semi-manual dan otomatis sebagai berikut:

  1. Setiap data yang masuk ke sistem harus disertai data empiris baik berupa dokumen, foto, audio maupun video
  2. Data yang masuk kemudian divalidasi oleh TIM AD HOC (semi manual)
  3. Hasil validasi kemudian secara otomatis dengan menggunakan teknologi Big Data, diproses oleh sistem dan menghasilkan rekomendasi apakah “valid”, “tidak valid” atau “ragu-ragu”.
  4. Sistem memproses semua data “valid” menjadi informasi yang dibutuhkan
  5. Sistem memproses semua data “tidak valid” dan memasukkan pada data warehouse (penggudangan data)
  6. Sistem memproses semua data “ragu-ragu” dan memasukkan pada data warehouse untuk proses lebih lanjut
  7. MEDIA setiap saat bisa mengunduh semua informasi yang memiliki penanda digital signature dari sistem untuk memastikan kesahihannya (valid, sah, sesuai dengan hukum)

Itulah imajinasi yang coba saya ungkapkan pada artikel ini. Sistem Informasi adalah alat. Alat tersebut bisa diciptakan dengan harapan menyelesaikan permasalahan. Selayaknya suatu alat, itu sangat tergantung bagaimana proses penciptaaannya, siapa yang menggunakannya, dan apa tujuan alat tersebut diciptakan. Jika bertujuan baik maka alat tersebut akan menghasilkan kebaikan, namun jika bertujuan buruk begitulah jadinya.

Hal terakhir. Sumpah ini hal terakhir. Bagaimana, kapan, siapa, kenapa, dimana dan apa Sistem Informasi tersebut??? Saya jelaskan dalam artikel lain yaaa... Hahahahaha

Posted in Bidang Ilmu on Aug 13, 2020